Karena Terkadang Menulis Itu ... Harus Dipaksa!

November 25, 2022



Assalamualaikum, Teman-teman Emak Penulis. 

Apa kabar jelang akhur bulan dan akhir tahun ini? Semoga sehat semuanya, aamiin. 

Hampir habis tahun 2022, sudah ngapain aja, ya? Apakah sudah menjalani setahun (hampir) ini dengan produktif, atau sesuai harapan? 

Kalau saya sih, mengalir bersama hari-hari aja. Dengan kata lain, nggak punya target khusus, haha. Kalau pas ada yang butuh dikerjakan atau kepengin mencapai sesuatu, ya hayuk dikerjain. Kalau lagi kepengin santai, ya nggak usah ngerjain apa-apa. 

Nah, salah satu pencapaian Emak Penulis tahun ini adalah ikutan tantangan menulis blog di komunitas blogger Semarang, Gandjel Rel. One week one post challenge ini berjalan selama 8 pekan, dengan tema berbeda-beda. 

Tahu nggak, bisa rutin nulisin blog setiap minggu tuh rasanya ... bangga! Ternyata saya bisaaa. Kalau dulu mungkin belum tentu setahun sekali blog diisi, eh tahun ini kok ya bisa lho tiap pekan up date blog. Daebak! 

Thanks to Gandjel Rel dan para punggawanya, sudah berhasil ngoprak-ngoprak member (baca: saya) yang suka banyak alasan untuk rajin ngeblog. Tengkyu matur nuwuun. Lope lope.


Kesan-kesan Ikutan 1 Week 1 Post Challenge-nya Gandjel Rel

Namanya berkegiatan, tentu ada senang dan senepnya dong, ya. Wajar banget. Tapi jujur lebih banyak happy-nya, sih. Nah, apa aja nih kesan selama rutin ngeblog ini? Here we go.

Kesan Nyebelin:

1. Sistem skor. Kalau setor link tulisan pas hari deadline, nilainya B aja. Kalau kelewat DL, nilainya minus. 😆 Tapi kalau selesai sebelum DL, dapat skor bagus, dong.

2. Ada dua tema yang saya nggak suka: tema tentang tragedi Kanjuruhan dan tema kebaya merah. Entah kenapa, beraaat bagi saya nulis tema itu. 

3. Udah, itu aja. Hehehe.


Kesan yang Menyenangkan:

1. Bisa memacu diri untuk mengalahkan rasa malas nulisin blog. Yeeei!

2. Nggak bingung cari tema tulisan. Karena tiap pekan ada tema dari kakak admin. Misalnya tema buku favorit, film kesukaan, cara mengatasi bad mood, dll. 

3. Karena temanya ditentukan tapi fleksibel, saya bisa mengaitkannya dengan aktivitas kepenulisan. Ini dia salah satu blog post yang saya tautkan ke nulis. 

4. Panjang tulisan yang cuma 300 kata, bisa banget dikerjakan dengan sekali duduk (tapi saya tetap butuh waktu minimal 2 jam untuk nulis dan bikin gambar sederhana di Canva wkwk). Jadi mepet deadline pun bisa setor hihi. Jangan ditiru, ya.

5. Challenge ini membuktikan, bahwa sebenarnya bisa kok menulis rutin itu, meskipun harus dipaksa.


Menulis Karena Dipaksa

Yeess, memang kadang mau melakukan sesuatu yang baik itu tuh kudu dipaksa, ya. Termasuk menulis. Nggak apa-apa kalau kamu tipe yang harus ditantang dan dipaksa baru mulai nulis. Harus dikasih deadline, mesti diiming-imingi hadiah, dll. 

Saya punya pengalaman beberapa kali nulis karena dipaksa. Salah satunya waktu ikutan parade nulis, saat lagi gabut karena pandemi. Saya memaksakan diri, harus bisa setor satu bab setiap harinya. Dengan strategi merancang outline yang kokoh di awal, alhamdulillah saya bisa menuntaskan 3 kali parade nulis. Hasilnya, 3 novel anak. 🥰

Nah, buat kamu yang masih suka ngandelin paksaan untuk mulai menulis, boleh-boleh aja, sih. Tapi, ya jangan terus-terusan juga, dong. Karena bagaimanapun, growing better itu kan tanggung jawab diri sendiri. Nggak bisa tergantung sama pihak luar diri kita. Masa mau maju tapi minta didorong terus? 

Betewe, kalau ada challenge ngeblog gini lagi, apakah saya mau ikutan? Hmm, sepertinya bisa ikutan, kalau waktunya memungkinkan. Kalau pas longgar waktunya, bakal lebih enjoy ikutannya, kan.

Karena jujur, di periode ini, saya cukup keteteran. Saya lagi ngerjain proyek buku anak untuk Pusbuk, sembari beberapa kali zoom meeting seharian, ngurus yang sakit-sakit gantian, dan sambil buka kelas nulis juga. Lumayan menguras energi! Tapi senaaang. Hihi.

Sekali lagi, matur nuwuun Gandjel Rel! 



You Might Also Like

0 komentar