Penulis Buku Anak Hadir di Acara Sastra: Penganugerahan Penghargaan Prasidatama dan Peluncuran Buku Terbitan Balai Bahasa Jawa Tengah 2018

Oktober 30, 2018

Sebagian penulis cerita anak asal Jawa Tengah. Saya yang mana, ayo? :D

Kamis, 25 Oktober 2018 lalu, saya diundang dalam  acara Penganugerahan Penghargaan Prasidatama dan Peluncuran Buku Terbitan Balai Bahasa Jawa Tengah. Sesuai tajuknya, acara ini yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah, bertempat di ballroom Hotel Pandanaran, Semarang.

Jadi ceritanya, saya lolos sebagai salah satu kontributor dalam buku antologi cerita anak. Judul bukunya, Cermin Cahaya. Nah, antologi ini adalah hasil lomba menulis yang  diadakan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah. Cerpen saya yang berjudul Harta Karun di Kebun, menjadi satu dari 50 cerita dalam buku setebal 390 halaman itu.

Sekilas Tentang Prasidatama

Prasidatama, berarti yang utama. Penghargaan tahunan ini diberikan kepada instansi/lembaga dan perorangan yang memartabatkan bahasa Indonesia dalam beberapa ranah penggunaan di Jawa Tengah. Penghargaan juga diberikan kepada buku-buku sastra yang dinilai bermutu, dengan syarat ditulis oleh penulis yang berdomisili di Jawa Tengah dan diterbitkan oleh penerbit Jawa Tengah.

Tahun 2018 ini, ada enam kategori peraih penghargaan:

  • 1.      Penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan SMA
  • 2.       Penggunaan bahasa Indonesia di laman pemerintah kabupaten/kota
  • 3.       Penggunaan bahasa Indonesia di media massa cetak
  • 4.       Antologi puisi
  • 5.       Antologi cerpen
  • 6.       Novel

Dalam sambutannya, kepala Balai Bahasa Jawa Tengah DR. Tirto Suwondo, M. Hum, menyayangkan kurangnya sambutan dan partisipasi masyarakat. Sebab, memang baru tahun ini masyarakat diharapkan aktif mengirimkan karya maupun portofolio untuk dinilai. Semoga tahun depan lebih baik, ya Pak.

DR. Tirto, Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah


Dengan adanya tiga kategori penghargaan untuk buku, Balai Bahasa juga ingin memberikan ruang seluas-luasnya pada terbitnya buku-buku di wilayah Jawa Tengah. Pada kesempatan ini, sekaligus diluncurkan 4 buku terbitan Balai Bahasa Jawa Tengah. Buku-buku itu adalah antologi cerita anak Cermin Cahaya, antologi puisi anak Surat dari Samudera, antologi naskah lakon Dari Cempurung ke Sunan Panggung, dan antologi proses kreatif penulisan (duh, saya lupa judulnya, heuheeu).

Keempat buku terbitan Balai Bahasa Jateng

Pak Tirto juga berharap, kelak bahasa dan sastra  menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sehingga pada suatu waktu nanti, penghargaan untuk bidang bahasa dan sastra bisa sejajar dengan bidang lain, seperti bidang olahraga, misalnya. Aamiin!

Oya, saya sempat merasa 'tersesat' di sini. Walaupun sudah saya prediksi sebelumnya, tetap kaget juga ketika melihat banyak seniman dan sastraswan yang hadir. Terlihat jelas dari penampilan mereka yang nyentrik, hehehe. Acara ini juga sangat berbau sastra, ditilik dari pengisi acara berupa musikalisasi puisi dan orasi kebahasaan oleh Soesilo Toer.

Tentang Antologi Cerpen Anak Cermin Cahaya

Nah, ini dia. Jujur, waktu mengikuti lombanya, saya agak gimana gitu membaca syarat naskah. Sepanjang pengalaman saya menulis untuk anak, cerpen anak itu paling juga sekitar 3-4 halaman ketik. Lha kemarin, peserta diminta membuat cerpen anak jauh lebih panjang dari itu, hihi. Saya lupa tepatnya. Tapi saya menulis cerita 7 halaman. Yang mana saya berusaha panjang-panjangin di sana-sini, hehehe.

Menurut catatan juri, ‘dosa’ besar naskah-naskah yang masuk adalah:

-        -  Berbelit-belit baik dalam kalimat maupun plot, padahal idenya bagus
-        - Kesalahan tata bahasa dan tata tulis
-        -\ Pesan moral yang terlalu ekspilisit, sehingga cerita malah jadi seperti ceramah, hehehe

Kata para juri yang terdiri dari Budi  Maryono, Tri Wahyuni, dan Endro Nugroho, penulis cerita anak harus yakin, anak itu cerdas. Anak pasti bisa menangkap pesan yang dikandung cerita. Jikalau tidak, tugas orangtua atau pendamping untuk menyampaikannya.

Betul itu.

Nah, sekarang, boleh yaa, saya gantian memberikan saran dan masukan. Berdasarkan seuplik pengalaman saya dalam dunia perbukuan anak (ehem ehemm), berikut sedikit catatan untuk antologi ini:

  • -    Sebaiknya cerita anak tidak terlalu panjang, cukuplah 3-4 halaman. Ini akan membuat cerita lebih ‘thas-thes’ (istilah para juri) dan to the point, menghindari terlalu banyak muter di setting atau prolog. 
  • -    Cerita anak yang terlalu panjang, beresiko membuat anak bosan dan tidak membaca sampai akhir. Apalagi jika penulis tidak pandai menggiring cerita.
  • -     Akan lebih menarik jika setiap cerita diberi ilustrasi pendamping, cukup ornamental dan hitam putih saja.

Terlepas dari itu semua, saya sebagai penulis buku anak yang tinggal di Jawa Tengah, senang sekali ada agenda seperti ini. Mudah-mudahan Balai Bahasa terus semangat menyelenggarakannya. Kalau perlu, buku-buku bacaan anak juga ‘diangkat’ setara buku sastra yang dinilai dalam Prasidatama. Pasti keren!









You Might Also Like

30 komentar

  1. keren mbak
    sudah nulis banyak buku yaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, Mbak, hehe. Terima kasih sudah berkenan mampir, yaa.

      Hapus
  2. Keren mbak. Saya juga pengen bisa nulis cerita anak. Minimal buat anak saya sendiri nanti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo, nulis, Mbak. Awalnya saya juga karena kepengen anak saya bisa baca cerita bundanya, hehe. Terima kasih sudah berkunjung, ya. :)

      Hapus
  3. Anakku lebih suka short story full gambar.karena masih balita. Tapi kosakatanya jadi kurang berkembang gitu ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya juga masih balita, Mbak, hihi. Pasti dia lebih suka buku yang eye cathcy.Eit tapi jangan salah, banyak juga picture book yang kosakatanya bagus. Kalau aku, insyaAllah selalu coba masukkan kosakata yang variatif.

      Hapus
  4. Thas-thes heheheh. .iya mbak saya juga merasa penulis semarang itu kayak kurang di hargai dari pada bidang lain. Semoga akan ada payung buat kita penulis di Semarang. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, yang penting tetap semangat menulis, Mbak. Hehehe. Terima kasih sudah mampir, yaa.

      Hapus
  5. Selamat mba Lia.. sukses selalu ya.. Aku baru 1-2 kali nulis cerpen anak..jadi kepengen belajar lagi nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, terima kasih doanya, Mbak. Ayo nulis cerita anak lagi.

      Hapus
  6. Iya ya mbak.. kalau 7 lembar cerpen anak kayanya kepanjangan ya. Apalagi kalau nggak Ada gambar, anak bs bosan yaa.. congratulations yaaaa mbak atas terbitnya Buku terbaru.. :) btw balai bahasa tambah keren deh program2nya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, kepanjangan kalau maksudnya untuk cerpen anak, hehe. Terima kasiiih.

      Hapus
  7. Alhamdulillah senang banget bisa Sebuku dengan Teh Lia, seru ya nulisnya..panjang pisan hihi sampai binun mau nulis apa lagi. Aku sempat kasih masukan juga ke panitia kok panjang banget mas cernak hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, hahaha, bingung mana lagi yang mau dipanjangin. Seneng jugaa sebuku sama emaknya Anak Kos Dodol. :)

      Hapus
  8. Senang karena ada proyek ini jadi tahu penulis cernak Jateng banyak, semoga tar ada program seru lagi dari BBJ untuk penulis Jateng

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, beberapa sudah kenal, tapi yang belum kenal jauh lebih banyak, ya. Aamiin, semoga ya Teh.

      Hapus
  9. Penasaran ih harta karun di kebun itu apa aih, emas, uang koin milik kerajaan, atau buku resep? 😄

    BalasHapus
  10. Waah pengen baca bukunya, ini dijual di tobuk ga mba bukunya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, kayaknya nggak ada, Mbak Rahmi. Di perpus mungkin bakal ada.

      Hapus
  11. Aku bangga padamu bund, istiqomah banget di nulis buku anak. Pengen bisa setekun itu, tapi godaan menulis lain selalu melambai-lambai wkwkwk. Ajari biar bisa istiqomah nulis lagi bund.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua akan mengerucut pada passion masing-masing, Nyi. Dirimu kan udah berkibar sbg blogger. :)

      Hapus
  12. Barakallah Mba Lia.. Semangat terus berkarya.
    Btw menurut saya nulis cerita anak itu susah.. Beberapa kali mencoba, selalu gagal ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiinm terima kasih doanya, Mbak. Ayo coba lagi dan lagi. :D

      Hapus
  13. Barakallah mbak Lia, aku dan anakku penggemar buku karyamu lo mbak. Pengen deh bisa mulis cerita anak sekeren dirimu mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, jazakillaah, Mbak doanya. Waah, seneng banget bukuku digemari keluarga blogger keren. Terharuuu. Ayo, nulis, Mbak.

      Hapus
  14. Cerpen anak 7 halaman, lalu jadi bertele-tele
    eung...hihi...:D Kalaau ikut standar di majalah Bobo, cerpen anak paling 3-4 halaman ya. 7 halaman biasanya cerpen remaja ke atas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anu ... eung ... hihihi. Iya, Teh, segitu mah kepanjangan buat anak. Kecuali kalo yg diminta novelet. :D

      Hapus
  15. Makin produktif y mb, seneng liatnya

    BalasHapus