Meretas Batas: Introvert Plus Pemalu Tampil Bicara, Memang Bisa?

Februari 14, 2023


Assalamualaikum, kawan-kawan Emak Penulis. Apa kabar? Semoga sehat dan semangat selalu, yes.

Kali ini saya mau cerita soal pengalaman menakjubkan dalam sejarah hidup saya. Lebay? Nggak, sih. Buat saya yang introvert dan punya sifat pemalu, pengalaman itu tuh beneran beyond my imagination, hehe. Nah lho, pengalaman apakah itu? 

Well, dengan clue 'introvert' dan 'pemalu', nggak salah sih, kalau kawan-kawan tebak, ini berkaitan dengan keluar dari cangkang dan bertemu dengan orang banyak. 

Tepatnya: bicara di depan publik!

Kebayang yaa, seorang penulis yang lebih suka berteman dengan buku di rumah, harus ngumpulin keberanian untuk bicara di depan banyak orang. Huaa, nggak terkatakan rasanya. Deg-degan sejak masa persiapan, sampai ada rasa pengin kabur aja. Ada yang relate? 😁


Berawal dari 'Salah Omong'

Sejak dulu, saya nggak pernah berani tampil. Jangankan bicara di depan orang banyak, wong kalau pertemuan PKK aja saya lebih suka diam, kok. Kalau lagi zoom, saya juga lebih suka 'ngomong' via chat room. Saya pun selalu off cam. Nggak nyaman aja kalau wajah saya terpampang jelas.

Ketika Pandemi melanda dunia, aktivitas saya di dunia kepenulisan cukup tersendat. Karena penerbit sempat stop, maka saya juga nggak banyak menulis. Hanya ikut beberapa parade menulis saja, sebagai selingan dan menjajal ranah penerbitan baru. 

Lalu suatu ketika, komunitas menulis yang saya ikuti, ingin membuat acara amal. Programnya berupa rangkaian webinar daring seputar kepenulisan. Karena sangat ingin ambil bagian dalam charity tersebut, saya mengajukan diri sebagai salah satu narasumber. Saya pikir, wah berbagi ilmu nih, bisa jadi aliran pahala. 

Tapi ... tahukah? Nggak lama setelah mengajukan diri, saya kayak tersadar: eh, ngapain sih saya? Cari mati, ya? Haduuh, auto merutuki diri, deh. Kegalauan dan keresahan itu saya sampaikan ke teman-teman. Mereka tentu saja menolak saya untuk mundur. 😂

Aduh, aduh, aduh. Nasi sudah menjadi bubur. Terpaksa saya telan, ih, meskipun hambar cenderung pahit wkwkw. Saya sudah berani ngajuin diri, maka saya harus berani menanggung akibatnya. *pengen nangis asli waktu itu

Singkat cerita, hari H tiba. Saya berusaha tenang dan tersenyum saat webinar dimulai. Tapi isi perut saya bergejolak, jantung saya kayak mau loncat keluar dari tempatnya, tangan dingiiin, dan bibir gemetar. Dan ketika giliran saya tiba, nggak cuma badan yang gemetar, suara juga jadi ikutan bergetar!

Untunglah, saat presentasi, saya bisa melalui dengan lancar, meski dengan suara hilang timbul. Pertanyaan dari peserta pun bisa saya jawab dengan baik. Dan ketika acara usai, rasanya legaaa luar biasa!

Lalu saya tersadar: wow, saya keren! Ternyata saya bisa dan berani! Iya, saya takjub pada diri sendiri. Saya bangga. Terharu. Ternyata, saya bisa melawan rasa malu, nggak percaya diri. Saya bisa melampaui diri saya yang biasanya. Siapa sangka, penulis yang biasanya memilih bungkam ini, bisa bicara di depan orang banyak, membawakan materi pula.

Masya Allah, langsung pengen ngisi webinar lagi. 🤣 


Menjadi Narasumber: Sarana Berbagi Ilmu 

Setelah pengalaman pertama itu, alhamdulillah, sedikit demi sedikit kepercayaan diri saya muncul. Dengan situasi pandemi, banyak acara dilaksanakan secara daring, termasuk webinar kepenulisan. Qadarullah, beberapa kali saya kembali diminta menjadi narasumber.




Beberapa flyer acara daring dan luring

Antara senang dan deg-degan plus takut, Bun, hehehe. Tapi saya kuatkan diri. Saya harus mau, harus berani, dan pasti bisa lebih baik lagi. Maka, saya okekan permintaan menjadi pembicara. Sepanjang pandemi, berkali-kali wajah saya nampang di layar zoom webinar, juga Live IG. Mulai dari tingkat penerbit vanity, sampai diundang jadi narsum di penerbit besar nasional.

Oya, ada satu lagi pengalaman berkesan. Ketika pandemi mulai melandai, saya pernah diminta mengisi acara kepenulisan secara luring. Waw, benar-benar pengalaman berharga. 

Acara luring bersama FLP Grobogan


Sudah nggak malu lagikah?

Oh, alhamdulillaah nggak. Nggak malu, tapi tetap deg-degan. Namun, saya terus sugesti diri. Bahwa bicara sebagai narasumber di depan orang banyak, berarti saya dianggap mampu dan punya sesuatu untuk dibagikan. Saya juga membayangkan, apa yang saya bagikan kepada para peserta bisa jadi sangat bermanfaat bagi mereka, dan bisa menjadi ladang pahala untuk saya. Lagian, zaman now, semua lini pekerjaan sepertinya sesekali tetap harus mau tampil, kan? 

So, sekarang, asalkan waktunya pas, saya saaangat bersedia lagi dan lagi bicara di depan umum. 

Eh, tapi saya jangan diminta memilih ya, antara menulis vs ngomong di depan umum. Saya suka semuanya, sih, hehe. 


Tips Agar Kaum di Balik Layar Berani Tampil di Depan

Nah, gimana nih, para introvert dan kaum pemalu, sekarang sudah yakin kan, kalau kita juga bisa tampil bicara di depan orang? Bukan hal yang mustahil, kan?

Agar kalian lebih yakin, saya mau bagi-bagi tips untuk pemula yang baru pertama kali akan jadi pembicara. Simak, yuk!







Nah, gimana menurut kalian? Semoga tips dari saya bisa bermanfaat, yaa. Yakin, selalu ada kali pertama untuk segala hal. Dan kita nggak tahu kita mampu atau tidak, jika nggak berani mencoba.

Setuju?

***

Betewe, saya mau ngucapin selamat ulang tahun untuk komunitas blogger perempuan Semarang, Gandjel Rel. Semoga selalu sukses dan terus menebar kebaikan dan semangat ngeblog. Happy birthday! 






You Might Also Like

7 komentar

  1. Masyaallah penulis idolaku nih materi yg dibagikan selalu menyenangkan dan bergizi sama kaya hasil karyanya. Semangat.menginspirasi selalu mbak

    BalasHapus
  2. Pengalaman pertama itu deg-degan tapi jadi nagih ya Lia. Tapi ketika kita sharing pengalaman atau pengetahuan yang kita kuasai, jadinya lebih mudah yaa

    BalasHapus
  3. Luar biasa mba Lia, terimakasih sudah share. Bukan berarti pemalu dan introvert tidak bisa maju kedepan, memang harus dilatih dan dihadapi hehe.

    BalasHapus
  4. Aku masih yang sering minder untuk diajak mengisi gitu Bun hehehe deg-degan itu lho bikin salah2 kata wkwkwk

    BalasHapus
  5. Setuju banget Mba Lia, walaupun deg-degan tapi kalau materi sudah siap dan sudah latihan sebelum tampil insya Allah lebih tenang dan tidak grogi yaa keren Mbak Lia!

    BalasHapus
  6. Kek Raditya Dika tuh. Kaatanya kan doi introvert. Kalau di panggung tapi nggak kaleng-kaleng. Jadi introvert tuh tetep bisa tampil cuma butuh energi lebih aja hehehe.

    BalasHapus
  7. Dari yg kubaca2 atau berdasarkan ketemu orang, banyak menemukan bbrp public speaker ini justru kepribadian aslinya introvert lho Mbaa

    BalasHapus