Hidup dengan Penyakit Jantung Koroner (2): Kateterisasi/Angiografi Koroner
November 23, 2016
Pengertian
Angiografi adalah tindakan
intervensi non bedah untuk melihat kelainan yang diduga terjadi di jantung. Ia
menjadi gold standart untuk
mendiagnosa PJK, dengan tingkat keakuratan bisa dibilang 100%. Jika angiografi
dilakukan untuk melihat pembuluh darah arteri, maka disebut arteriografi.
Sebetulnya, tindakan ini termasuk
dalam lingkup radiologi. Sebab, menggunakan teknik xray dan fluoroscopy.
Gampangnya sih, me-rontgen isi jantung, hehehe.
Di Mana?
Di kamar operasi, yaa? Tenang,
santai aja. Bukan, kok. Kateterisasi dilakukan di lab kateterisasi (cath lab). Sebuah ruang super duingin
dengan AC 15 PK (kata perawatnya), dilengkapi
ranjang mirip meja rontgen yang bisa digerakkan, monitor besar, dan
peralatan lain. Memang, sih, suasananya mirip operation theatre. Tapi, bukan. Ini CATH LAB! *penting
banget ini digarisbawahi, supaya pasien nggak ketakutan berlebih- tunjuk idung
Jadi?
Jadi, sebuah selang
tipis-lentur-panjang, akan dimasukkan melalui akses di area paha atas dekat
selangkangan, atau pergelangan tangan pasien. Semacam dicoblos jarum agak gede
gitulah. Bukan disayat atau dilubangi, yah. ;)
Selang ini disebut kateter.
Makanya, secara awam sering disebut kateterisasi jantung. Nah, kateter ini akan
‘didorong’ di dalam pembuluh darah besar sampai ke jantung. Lalu, dokter akan
menginjeksikan cairan kontras ke jantung. Dan seerrrr … semua bagian pembuluh
jantung akan terlihat jelas. Dokter pun bisa menganalisa apa yang terjadi di
dalam sana.
Bagian terbaiknya adalah: pasien hanya
dibius lokal. Jadi, tetap sadar selama proses dan bisa mengikuti arahan dokter.
Sounds horrible? Serem? Ih, iyaaa … Hehehe. Tenang, tenang … Nggak
usah takut! Serius. *gaya! Siapa yang kemaren nggak bisa tidur
dan nangis gegara takut? :p
Amankah?
Sesuai perkembangan dunia kedokteran dan kecanggihan alat, insyaAllah prosedur ini aman. Dalam arti, dilakukan oleh dokter operator dan tim yang sudah berpengalaman. Kata sang perawat, mereka melakukan angiografi sebanyak sampai 15 jadwal setiap harinya. Terlatih, kan?
Tentu setiap tindakan ada resikonya. Tapi tim dokter pasti akan melakukan yang terbaik. Angiografi dilaporkan amat minim resiko mayor.
Setelah Angiografi Selesai
Dokter/perawat akan mengeluarkan
kateter (nggak sakit, kok). Lalu, tempat bekas coblosan tadi ditekan kuat agar
darah tak keluar. Terus diperban.
Kalau tempatnya di paha, area
tadi akan ditindih bantal kecil berisi pasir yang berat. Pasien DILARANG
menggerakkan/menekuk kaki tersebut selama minimal 6 jam. Jadi, harus bed rest di rumah sakit. Sekaligus
diobservasi, apakah terjadi perdarahan atau bengkak.
Jika di tangan, pasien diberi
semacam gelang untuk menekan bekas aksesnya, dan bisa langsung beraktivitas.
Pasien juga dianjurkan banyak
minum, untuk membilas cairan kontras dari tubuh kita sesegera mungkin. In my case, susaaaah karena BAK kudu
pakai p**pot. Hiks.
Beberapa pasien mungkin akan mengalami komplikasi, seperti memar, bengkak di area cath, dan pendarahan. Namun, asal mentaati perintah dokter, insyaAllah semuanya baik-baik saja.
(Komplikasi: Yah, karena salah pengertian, saya mengalami sedikit problem. Hari ketiga pasca cath,
paha saya memar kehitaman, makin lebar tiap hari. Di area akses juga
sedikit bengkak. Saya kesulitan bergerak dan kesakitan jongkok di toilet
sekitar 2 mingguan.
Ternyata, setelah cath,
seharusnya pasien kalem dulu. Santai-santai. Boleh aktivitas, tapi
nggak boleh ngoyo. Saya? Eeeungg ... Sampai rumah langsung ambil sapu
dan tongkat pel. Jalan juga gagah perkasa. Atuh panteees langsung memar,
hehehe.)
Prosedur Kateterisasi Saya
*Persiapan
Tanggal 20 Oktober setelah di-echo, saya mendaftar di bed manager BPJS di gedung Elang, instalasi khusus jantung dan
pembuluh darah RSUP dr Kariadi. Jadwal kateterisasi (cath) saya 31 Oktober. Sekalian dikasih rujukan untuk cek darah.
Beberapa item yang saya ingat: gula darah
sewaktu, HB, trombosit, kecepatan beku darah, dan fungsi ginjal. Alhamdulillah
semua OK. Oya, biaya yang tertera di struk lab, 500 ribuan.
*Hari H
Saya sudah harus PUASA makan sejak pukul 7 pagi. Minum
air putih, masih boleh sedikit. Obat rutin juga tetap diminum.
Lalu, saya masuk kamar rawat.
Ganti baju rumah sakit, dan dipasangi infus. Untuk jaga-jaga kalau perlu
masukin obat nantinya. Saya juga menandatangani banyak formulir. Salah
satunya persetujuan dilakukan tindakan.
Sekitar pukul setengah 1 siang, saya
diantar ke cath lab. Pakai kursi
roda. Dan dadah-dadah ngeri ke suami yang nggak boleh ikut masuk. Padahal,
ternyata lama juga saya nunggu di luar ruang 3. Hiks. Teman saya hanya lafadz
dzikir dan berusaha berpikir positif.
*Di Cath Lab
Saya masuk cath lab juga jalan kaki. Lalu berbaring di atas ranjang yang sudah
dialasi semacam diaper lebar. Di atas
saya, ada lampu operasi yang terang tapi
tak menyilaukan. Di atas kepala, ada receiver (untuk apa saya lupa). Di sisi
kiri, ada 4 monitor besar.
Supaya nggak takut, saya kerahkan
indera untuk merekam semua yang terjadi. Buat bahan nulis dan berbagi, hihihi.
Seorang perawat wanita yang
lembut, ramah, tapi sangat efisen, membantu saya. Tak boleh mengenakan pakaian
dalam, dan area sekitar akses kateter harus dibersihkan dari rambut halus.
Setelah siap, perawat lain melampirkan *eh, apa yah istilahnya* beberapa kain
penutup di sekujur tubuh. Kain berlubang diletakkan di paha kanan. Di situ
nanti dokter akan melakukan akses.
Saya juga dihubungkan dengan alat
EKG. Jadi, selama proses, irama jantung
dan tekanan darah terpantau. Suaranya, nat-nit-nat-nit berirama jadi back sound, hehe.
Saya boleh tetap pakai jilbab dan kacamata.
Oya, saya juga ditanya apakah ada
alergi obat, terutama obat bius, antibiotik. Ini penting untuk menentukan jenis
bius yang akan dipakai.
Ada perawat yang mengasisteni
dokter. Dia mensterilkan area akses, menyiapkan 2 kateter puanjang, obat bius,
kapas, dll. Ada teknisi. Ada beberapa residen atau dokter PPDS. Pokoknya ramai.
Mereka ngobrol, bercanda, juga ngajak ngobrol saya. Kayaknya mereka sengaja
deh, supaya nggak tegang.
Sebelum mulai, dokter dan perawat
mengajak saya berdoa untuk kelancaran tindakan. Tapi, saya malah tambah nerves.
Huaaa.
*Jadi, Here We Go!
Dr
Susi bilang ini akan sedikit sakit awalnya. Yaitu waktu suntik anastesi. Saya
diminta tarik nafas panjang. Dengan mengucap bismillaah, dokter mulai bekerja. Cuuss! Lumayaaan, huhuu. Sebentar kemudian, cuusss,
selubung kateter dicobloskan. Auch!
Dan setelah itu, Allaahu akbar!
Saya hanya merasakan dr Susi menepuk-nepuk kaki saya, untuk menggerakkan
kateter. Dan tiba-tiba saja di monitor, terlihat si ujung kateter sudah nongol
di jantung! Tak ada rasa sakit sama sekali! Bahkan saat cairan kontras
dimasukkan, saya tak merasakan sensasi apapun.
Ternyata, pembuluh darah tak
memiliki serabut saraf. That’s why I
didn’t feel anything.
Takut saya sirna. Saya takjub,
mengamati gambaran jantung saya yang berdenyut-denyut. Entah kenapa, mendadak
saya yakin semua akan baik-baik saja. MasyaAllaah.
Dokter beberapa kali mengambil
foto xray. Lalu, beliau berseru riang, “Yak, selesaai! Ibu, ada penyempitan
yang tidak siginifikan di pembuluh cabang. Nggak perlu ring, ya. Pake obat aja.
Besok pagi boleh pulang!”
Ya Allaah, saya speechless. Again.
Saya memang menderita PJK. Tapi, proses cath yang lancar, hasil yang katanya tidak signifikan, nggak di-ring, nggak ditindak lainnya, adalah
sesuatu yang harus saya syukuri. Alhamdulillaah …
13 komentar
Teteh, saya angiografi lewat tangan. Setelahnya ngga boleh salaman dulu selama beberapa jam. Tapi siku boleh digerakkan. Jari jemari yg harus istirahat sementara.
BalasHapusNaluri penulis, berusaha mengingat semua untuk bahan tulisan, hehehe.
Semangat sehat !
Iya, Teh.. Kalo di tangan lebih enakeun pasca cath,ceunah ya. Bisa jalan-jalan, ke toilet. Kalo di paha, aduuh nggak mau-mau lagi, deh. Hehehe. Semangaaat!
HapusOh iya, atas saran Teh Dey waktu itu, saya alihkan rasa takut jadi energi buat mengamati, hihihi.
Alhamdulillah... ikut deg-degan bacanya, Mba. Syukurlah sudah bisa diatasi ya
BalasHapusHehehe, iya, Mbak. Menjelang hari H, betapa saya galau setengah mati. Alhamdulillah semua baik-baik saja :)
HapusTerima kasih sudah mampir, yaa.
Syukur alhamdulillah hasilnya baik baik saja mba. Sehat sehat terus ya mba sayang
BalasHapusAamiin. Iya, Mbak Yuni, alhamdulillah. Saya belajar tegar dari Mbak. Mbak Yuni juga sukses yaa pengobatannya :*
HapusMba lia bisa kah minta no wa nya mba.saya juga sedang mengalami hal sama mau di kateterisasi
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusUP DATE KONDISI SAYA:
BalasHapusDear pengunjung blog, terima kasih sudah mampir dan bertanya lewat WA. Alhamdulillah. senang bisa berbagi. Semoga yang sakit segera sembuh, yaa.
Saya mau berbagi soal kondisi kesehatan saya, setelah SEMPAT divonis PJK. Alhamdulillah, setelah konsul ke dokter-dokter lain, bismillaah ... saya dinyatakan insyaAllah tidak mengidap PJK. Cerita lengkapnya, saya tuliskan di post selanjutnya, yaa.
Terima kasih.
Silakan mampir ke up date-an soal kesehatan saya di sini:
BalasHapushttp://liaherliana.blogspot.com/2018/07/bismillaah-ternyata-bukan-jantung.html
Saya mau tanya, saudara saya jga kateter jantung hampir sebulan lbh. Lewat selangkangan paha tp pasca kateter masih bengkak dr telapak kaki sampai lutut kanan kiri, perut, sekitar perut.
BalasHapusMohon maaf baru buka blog lagi. Semoga sekarang kondisi saudaranya sudah oke lagi, ya.
Hapus